Keutamaan Shalat Subuh
Shubuh adalah salah satu waktu di antara beberapa waktu, di mana Allah Ta’ala memerintahkan umat Islam utk mengerjakan shalat kala itu. Allah Ta’ala berfirman,
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآَنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآَنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
“ Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam & (dirikanlah pula shalat) Shubuh. Sesungguhnya shalat Shubuh tu disaksikan (oleh malaikat). ” (Qs. Al-Isra’: 78) Betapa banyak kaum muslimin yg lalai dalam mengerjakan shalat shubuh. Mereka lebih memilih melanjutkan tidurnya ketimbang bangun utk melaksanakan shalat. Jika kita melihat jumlah jama’ah yg shalat shubuh di masjid, akan terasa berbeda dibandingkan dengan jumlah jama’ah pada waktu shalat lainnya.
Apabila seseorang mengerjakan shalat shubuh, niscaya ia akan dapati banyak keutamaan. Di antara keutamaannya adalah :
(1) Salah satu penyebab masuk surga
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّة
“ Barangsiapa yg mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat shubuh & ashar) maka dia akan masuk surga .” (HR. Bukhari no. 574 & Muslim no. 635)
(2) Salah satu penghalang masuk neraka
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَنْ يَلِجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا
“ Tidaklah akan masuk neraka orang yg melaksanakan shalat sebelum terbitnya matahari (yaitu shalat shubuh) & shalat sebelum tenggelamnya matahari (yaitu shalat ashar) .” (HR. Muslim no. 634)
(3) Berada di dalam jaminan Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى صَلَاةَ الصُّبْحِ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ فَلَا يَطْلُبَنَّكُمْ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ فَإِنَّهُ مَنْ يَطْلُبْهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ يُدْرِكْهُ ثُمَّ يَكُبَّهُ عَلَى وَجْهِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
“ Barangsiapa yg shalat subuh maka dia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu kepada kalian dari jaminan-Nya. Karena siapa yg Allah menuntutnya dengan sesuatu dari jaminan-Nya, maka Allah pasti akan menemukannya, & akan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam .” (HR. Muslim no. 163)
(4) Dihitung seperti shalat semalam penuh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
“ Barangsiapa yg shalat isya` berjama’ah maka seolah-olah dia telah shalat malam selama separuh malam. & barangsiapa yg shalat shubuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya .” (HR. Muslim no. 656)
(5) Disaksikan para malaikat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَتَجْتَمِعُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ
“ & para malaikat malam & malaikat siang berkumpul pada shalat fajar (subuh) .” (HR. Bukhari no. 137 & Muslim no.632)
Ancaman bagi yg Meninggalkan Shalat Shubuh
Padahal banyak keutamaan yg bisa didapat apabila seseorang mengerjakan shalat shubuh. Tidakkah kita takut dikatakan sebagai orang yg munafiq karena meninggalakan shalat shubuh? & kebanyakan orang meninggalkan shalat shubuh karena aktivitas tidur. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“ Sesungguhnya shalat yg paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adlh shalat isya & shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak .” (HR. Bukhari no. 657 & Muslim no. 651)
Cukuplah ancaman dikatakan sebagai orang munafiq membuat kita selalu memperhatikan ibadah yg satu ini.Semoga Allah selalu memberi hidayah kepada kita semua, terkhusus bagi para laki-laki utk dapat melaksanakan shalat berjama’ah di masjid.
Keutamaan Shalat Sunnah
Shalat sunnah termasuk amalan yg mesti kita jaga & rutinkan. Di antara keutamaannya, shalat sunnah akan menutupi kekurangan pada shalat wajib. Kita tahu dengan pasti bahwa tidak ada yg yakin shalat lima waktunya dikerjakan sempurna. Kadang kita tidak konsentrasi, tidak khusyu’ (menghadirkan hati), juga kadang tidak tawadhu’ (tenang) dalam shalat. Moga dengan memahami pembahasan berikut ini semakin menyemangati kita utk terus menjaga shalat sunnah.
Pertama: Akan Menutupi Kekurangan pada Shalat Wajib
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاَةِ عَبْدِى أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ ».
“ Sesungguhnya amalan yg pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adlh shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya & Dia-lah yg lebih tahu, “Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak? Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yg sempurna. Namun jika dalam shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah berfirman: sempurnakanlah kekurangan yg ada pada amalan wajib dengan amalan sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini .” (HR. Abu Daud no. 864, Ibnu Majah no. 1426 & Ahmad 2: 425. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih )
Kedua: Dihapuskan dosa & ditinggikan derajat
Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’mariy, ia berkata, “Aku pernah bertemu Tsauban –bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam -, lalu aku berkata padanya, ‘Beritahukanlah padaku suatu amalan yg karenanya Allah memasukkanku ke dalam surga’.” Atau Ma’dan berkata, “Aku berkata pada Tsauban, ‘Beritahukan padaku suatu amalan yg dicintai Allah’.” Ketika ditanya, Tsauban malah diam. Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban berkata, ‘Aku pernah menanyakan hal yg ditanyakan tadi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً
“ Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu & menghapuskan dosamu’ .” Lalu Ma’dan berkata, “ Aku pun pernah bertemu Abu Darda’ & bertanya hal yg sama. Lalu sahabat Abu Darda’ menjawab sebagaimana yg dijawab oleh Tsauban padaku .” (HR. Muslim no. 488). Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini adlh dorongan utk memperbanyak sujud & yg dimaksud adlh memperbanyak sujud dalam shalat.” (Syarh Shahih Muslim, 4: 205). Cara memperbanyak sujud bisa dilakukan dengan memperbanyak shalat sunnah.
Ketiga: Akan dekat dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga
Dari Rabiah bin Ka’ab Al-Aslami - radhiyallahu ‘anhu - dia berkata,
كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ فَقَالَ لِي سَلْ فَقُلْتُ أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ قَالَ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ قُلْتُ هُوَ ذَاكَ قَالَ فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
“Saya pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , lalu aku membawakan air wudhunya & air utk hajatnya. Maka beliau berkata kepadaku, “ Mintalah kepadaku .” Maka aku berkata, “Aku hanya meminta agar aku bisa menjadi teman dekatmu di surga.” Beliau bertanya lagi, “Adakah permintaan yg lain?” Aku menjawab, “Tidak, itu saja.” Maka beliau menjawab, “ Bantulah aku utk mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud (memperbanyak shalat) .” (HR. Muslim no. 489)
Keempat: Shalat adlh sebaik-baik amalan
Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلاَةُ وَلاَ يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلاَّ مُؤْمِنٌ
“ Beristiqamahlah kalian & sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah dengan sempurna. Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yg paling utama adlh shalat. Tidak ada yg menjaga wudhu melainkan ia adlh seorang mukmin. ” (HR. Ibnu Majah no. 277 & Ahmad 5: 276. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih )
Kelima: Menggapai wali Allah yg terdepan
Orang yg rajin mengamalkan amalan sunnah secara umum, maka ia akan menjadi wali Allah yg istimewa. Lalu apa yg dimaksud wali Allah?
Allah Ta’ala berfirman,
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63)
“ Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka & tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yg beriman & mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
فَكُلُّ مَنْ كَانَ مُؤْمِنًا تَقِيًّا كَانَ لِلَّهِ وَلِيًّا
“ Setiap orang mukmin (beriman) & bertakwa, maka dialah wali Allah. ” (Majmu’ Al Fatawa, 2: 224). Jadi wali Allah bukanlah orang yg memiliki ilmu sakti, bisa terbang, memakai tasbih & surban. Namun yg dimaksud wali Allah sebagaimana yg disebutkan oleh Allah sendiri dalam surat Yunus di atas. “ Syarat disebut wali Allah adlh beriman & bertakwa ” (Majmu’ Al Fatawa, 6: 10). Jadi jika orang-orang yg disebut wali malah orang yg tidak shalat & gemar maksiat, maka itu bukanlah wali. Kalau mau disebut wali, maka pantasnya dia disebut wali setan.
Perlu diketahui bahwa wali Allah ada dua macam: (1) As Saabiquun Al Muqorrobun(wali Allah terdepan) & (2) Al Abror Ash-habul yamin (wali Allah pertengahan).
As saabiquun al muqorrobun adlh hamba Allah yg selalu mendekatkan diri pada Allah dengan amalan sunnah di samping melakukan yg wajib serta dia meninggalkan yg haram sekaligus yg makruh.
Al Abror ash-habul yamin adlh hamba Allah yg hanya mendekatkan diri pada Allah dengan amalan yg wajib & meninggalkan yg haram, ia tidak membebani dirinya dengan amalan sunnah & tidak menahan diri dari berlebihan dalam yg mubah.
Mereka inilah yg disebutkan dalam firman Allah Ta’ala ,
إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ (1) لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ (2) خَافِضَةٌ رَافِعَةٌ (3) إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا (4) وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا (5) فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا (6) وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلَاثَةً (7) فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ (8) وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ (9) وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ (10) أُولَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ (11) فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (12) ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ (13) وَقَلِيلٌ مِنَ الْآَخِرِينَ (14)
“ Apabila terjadi hari kiamat,tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) & meninggikan (golongan yg lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,maka jadilah ia debu yg beterbangan, & kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. & golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.Dan orang-orang yg beriman paling dahulu. Mereka itulah yg didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yg terdahulu,dan segolongan kecil dari orang-orang yg kemudian .” (QS. Al Waqi’ah: 1-14) (Lihat Al furqon baina awliyair rohman wa awliyaisy syaithon, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 51)
Keenam: Allah akan beri petunjuk pada pendengaran, penglihatan, kaki & tangannya, serta doanya pun mustajab
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِى وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ
“ Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku akan memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yg Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yg ia gunakan utk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yg ia gunakan utk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yg ia gunakan utk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yg ia gunakan utk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya & jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya. ” (HR. Bukhari no. 2506)
Orang yg senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab) di samping melakukan amalan wajib, akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan & kakinya. Allah juga akan memberikan orang seperti ini keutamaan dengan mustajabnya do’a (Faedah dari Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad, hadits ke-38).
Keutamaan Shalat Tahajud
Hiruk pikuk kejuaraan sepakbola Euro 2012 sudah dimulai. Sepekan terakhir, hampir setiap malam jutaan rakyat Indonesia menghabiskan waktu malamnya utk menonton pertandingan bergengsi dari tim 16 negara-negara Eropa.
Maklum, pada perhelatan bergengsi ini, akan dipertontonkan pertandingan dengan bintang-bintang dunia, gaya permainan dunia & yg utama sistem pertandingan fairplay. Permainan cantik & kesolidan tim akan menjadi tontotan menarik bagi penggemar sepakbola.
Terlepas dari kenikmatan menonton pertandingan sepakbola, akan sangat disaygkan jika waktu malam hanya kita habiskan dengan menonton pertandingan sepakbola.
Sebagai umat Islam, sepertinya kita menyadari bahwa orang-orang yg menghabiskan waktu tanpa diiringi dengan ibadah, maka bukan termasuk golongan Rasulullah saw, dikarenakan telah melalaikan kenikmatan yg telah diberikan Allah swt. Sebagimana hadis Nabi Muhammad yg diriwayatkan Imam Bukhari, yg berbunyi:
“Dua kenikmatan yg sering dilalaikan oleh sebagian besar manusia yaitu nikmat sehat & nikmat waktu luang”. (HR. Bukhari)
Hadis itu menyiratkan, sebagai umat Rasulullah, sebaiknya kita tidak melalaikan kenikmatan waktu luang. Di tengah malam, di sela-sela pertandingan sepakbola Euro 2012, ada baiknya kita turut mengisi dengan salat malam.
Membiasakan shalat malam itu berarti mengajak diri kita masuk ke dalam golongan orang-orang shaleh, yg hatinya selalu berdampingan denganAllah swt. Sebagaimana Allah swt berfirman di dalam Alquran :
“Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yg terpuji.” (QS : Al-Isro’ : 79).
Sebelum diturunkannya kewajiban shalat lima waktu, shalat malam seperti shalat Tahajud mrpkan shalat yg diwajibkan kepada Nabi Muhammad saw. Karena itu, saat ini umat Islam selalu dianjurkan utk mendirikan shalat malam seperti shalat Tahajud.
Sahabat Abdullah bin Salam mengatakan, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: ”Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam & berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan selamat.” (HR Tirmidzi).
Dalam hadis yg diriwayat Imam Muslim, shalat di waktu malam mrpkan shalat yg paling utama sesudah shalat fardu.
“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam” (HR. Muslim).
Bagi umat Islam, waktu malam bukan sekadar waktu tanpa penerangan matahari. Malam bagi Islam adlh waktu yg sangat berarti & waktu yg diutamakan oleh Allah SWT.
Sebagaimana Nabi Muhammad saw bersabda: “Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun (ke langit dunia) ketika tinggal sepertiga malam yg akhir. Ia berfirman : “Barang siapa yg menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yg meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. & barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” (HR Bukhari & Muslim).
Pada sebuah hadis lain juga disebutkan, saat saat ijabah (dikabulkannya doa) itu adlh 1/3 malam yg terakhir. ”Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu Dzar : “Diwaktu manakah yg lebih utama kita mengerjakan sholat malam?”
Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya kepada Rosulullah SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.” Rosulullah SAW bersabda :?“Perut malam yg masih tinggal adlh 1/3 yg akhir. Saygnya sedikit sekali orang yg melaksanakannya,” (HR Ahmad).
Mengakhiri tulisan ini, sungguh menyaygkan ketika waktu malam hanya kita habiskan utk melihat kenikmatan dunia.
Ada baiknya turut kita isi dengan shalat malam sebagai bekal di dunia & akhirat nanti, serta sebagai persiapan menghadapi bulan suci Ramadhan yg sebentar lagi akan tiba. (Sumber: republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/06/15/m5me40-keutamaan-shalat-tahajud)
Keutamaan Shalat Tarawih
Menurut riwayat Al-Muslim “Semua amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya, setiap kebaikan 10 kali lipat, hingga 700 kali lipat, kecuali puasa. Akulah (Allah) yg membalasnya, sebab ia meninggalkan syahwat & makan minumnya hanya karena Aku, & baginya ada dua kegembiraan pertama ketika berbuka & kedua ketika berjumpa Tuhannya. Sungguh bau mulutnya bagi Allah melebihi harumnya kasturi.”
Berikut fadhilah – fadhilah (keutamaan) Shalat Tarawih yg disabdakan Rasulullah SAW yg diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Tholib RA yg dikutip dari Kitab : Durrotun Nashihin Hal : 18 -19.
- Malam ke – 1 Siapa yg shalat tarawih pada malam pertama dihapus dosa seorang mu’min seperti ketika ia dilahirkan.
- Malam ke – 2 Shalat tarawih pada malam kedua diampuni dosa dirinya & kedua orang tuanya, jika keduanya mu’min.
- Malam ke – 3 Semua malaikat yg berada di bawah Arsy menyeru, “Perbanyaklah amalmu….!!!
- Malam ke – 4 Allah akan memberikat pahala sebagaimana pahala orang yg membaca Taurat, Injil, Zabur juga Al Qur’an.
- Malam ke – 5 Allah SWT memberinya pahala seperti pahala Sholat di Masjidil Haram, Masjid Madinah & Masjid Aqsho.
- Malam ke – 6 Allah SWT memberinya pahala Thawaf di Baitul Makmur & dimintakan ampun baginya oleh setiap batu, pasir & benda yg berada disana.
- Malam ke – 7 Seakan – akan ia hidup pada zaman Nabi Musa AS & membelanya dari Fir’aun & Hamman.
- Malam ke – 8 Allah SWT memberinya pahala seperti pahala apa yg diberikan kepada Nabi Ibrohim AS.
- Malam ke – 9 Seakan – akan ia telah beribadah kepada Allah SWT seperti ibadahnya Nabi Muhammad SAW.
- Malam ke – 10 Allah SWT memberinya Rizki & kebaikan di dunia & akhirat.
- Malam ke – 11 Apabila ia meninggal dunia, seperti dilahirkan dari ibunya.
- Malam ke – 12 Ia datang pada hari kiamat dengan wajah berseri – seri seperti bulan purnama.
- Malam ke – 13 Ia datang pada hari kiamat, selamat dari kejahatan (kejelekan)
- Malam ke – 14 Malaikat menyaksikan bahwa pada sesungguhnya orang tersebut telah Sholat Tarawih maka pada hari kiamat kelak Allah SWT tidak akan menghisabnya.
- Malam ke – 15 Malaikat penopang Arsy & kursi membaca sholawat utknya.
- Malam ke – 16 Allah SWT mencatat baginya akan dibebaskan dari dari api neraka & masuk surga.
- Malam ke – 17 Malam ke – 18 Ia dipanggil oleh malaikat, “Hai hamba Allah, ketahuilah bahwa Allah meridloimu & kedua orang tuamu”.
- Malam ke – 18 Ia dipanggil oleh malaikat, “Hai hamba Allah, ketahuilah bahwa Allah meridloimu & kedua orang tuamu”.
- Malam ke – 19 Allah mengangkat derajatnya hingga derajat orang – orang yg ada di surga firdaus.
- Malam ke – 20 Dia diberi pahala para syuhada’ & orang – orang sholeh.
- Malam ke – 21 Allah SWT membuatkan baginya sebuah istana di surga dari cahaya.
- Malam ke – 22 Pada hari kiamat nanti, selamat dari kesulitan & kesusahan.
- Malam ke – 23 Allah SWT membangun baginya sebuah kota di surga.
- Malam ke – 24 Dua puluh empat (24) permintaanya dikabulkan Allah SWT.
- Malam ke – 25 Allah SWT mengangkatnya dari siksa kubur.
- Malam ke – 26 Allah SWT mengangkat baginya pahala empat puluh tahun (40 th)
- Malam ke – 27 Ia akan melewati jembatan Shorotul Mustaqim pada hari kiamat kelak seperti kilat menyambar.
- Malam ke – 28 Allah SWT mengangkat baginya seribu (1000) derajat di surga.
- Malam ke – 29 Allah SWT akan mengkaruniakan kepadanya pahala seribu haji yg mabrur.
- Malam ke – 30 Allah SWT akan memberi penghormatan kepada orang yg bertarawih pada malam terakhir dengan firman-Nya (yg bermaksud) : “Wahai Hambaku, …! makanlah segala jenis buah – buahan yg engkau inginkan utk dimakan di dalam surga & mandilah kamu di dalam sungai yg bernama salsabil serta minumlah air dari telaga yg dikaruniakan kepada Nabi Muhammad SAW bernama Al-Kautsar.
Keutamaan Shalat Dhuha
Banyak yg belum memahami keutamaan shalat yg satu ini. Ternyata shalat Dhuha bisa senilai dengan sedekah dengan seluruh persendian. Shalat tersebut juga akan memudahkan urusan kita hingga akhir siang. Ditambah lagi shalat tersebut bisa menyamai pahala haji & umrah yg sempurna. Juga shalat Dhuha termasuk shalat orang-orang yg kembali taat.
Di antara keutamaan shalat Dhuha adlh:
Pertama : Mengganti sedekah dengan seluruh persendian
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
“ Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian utk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, & setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) & nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adlh sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at ” (HR. Muslim no. 720).
Padahal persendian yg ada pada seluruh tubuh kita sebagaimana dikatakan dalam hadits & dibuktikan dalam dunia kesehatan adlh 360 persendian. ‘Aisyah pernah menyebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ
“ Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki 360 persendian ” (HR. Muslim no. 1007).
Hadits ini menjadi bukti selalu benarnya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam . Namun sedekah dengan 360 persendian ini dapat digantikan dengan shalat Dhuha sebagaimana disebutkan pula dalam hadits dari Buraidah, beliau mengatakan bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَبِى بُرَيْدَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « فِى الإِنْسَانِ سِتُّونَ وَثَلاَثُمِائَةِ مَفْصِلٍ فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهَا صَدَقَةً ». قَالُوا فَمَنِ الَّذِى يُطِيقُ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « النُّخَاعَةُ فِى الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا أَوِ الشَّىْءُ تُنَحِّيهِ عَنِ الطَّرِيقِ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُ عَنْكَ
“ Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban utk bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yg mampu bersedekah dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan shalat Dhuha dua raka’at .” (HR. Ahmad, 5: 354. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih ligoirohi )
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Hadits dari Abu Dzar adlh dalil yg menunjukkan keutamaan yg sangat besar dari shalat Dhuha & menunjukkannya kedudukannya yg mulia. & shalat Dhuha bisa cukup dengan dua raka’at” (Syarh Muslim, 5: 234).
Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Hadits Abu Dzar & hadits Buraidah menunjukkan keutamaan yg luar biasa & kedudukan yg mulia dari Shalat Dhuha. Hal ini pula yg menunjukkan semakin disyari’atkannya shalat tersebut. Dua raka’at shalat Dhuha sudah mencukupi sedekah dengan 360 persendian. Jika memang demikian, sudah sepantasnya shalat ini dapat dikerjakan rutin & terus menerus” (Nailul Author, 3: 77).
Kedua : Akan dicukupi urusan di akhir siang
Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ
“ Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang .” (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451 . Syaikh Al Albani & Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih )
Penulis ‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim Abadi- menyebutkan, “Hadits ini bisa mengandung pengertian bahwa shalat Dhuha akan menyelematkan pelakunya dari berbagai hal yg membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa shalat Dhuha dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih luas dari itu.” (‘Aunul Ma’bud, 4: 118)
At Thibiy berkata, “Yaitu engkau akan diberi kecukupan dalam kesibukan & urusanmu, serta akan dihilangkan dari hal-hal yg tidak disukai setelah engkau shalat hingga akhir siang. yg dimaksud, selesaikanlah urusanmu dengan beribadah pada Allah di awal siang (di waktu Dhuha), maka Allah akan mudahkan urusanmu di akhir siang.” (Tuhfatul Ahwadzi, 2: 478).
Ketiga : Mendapat pahala haji & umrah yg sempurna
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“ Barangsiapa yg melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji & umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yg sempurna, sempurna & sempurna .” (HR. Tirmidzi no. 586. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan )
Al Mubaarakfuri rahimahullah dalam Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’ At Tirmidzi (3: 158) menjelaskan, “yg dimaksud ‘kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at’ yaitu setelah matahari terbit. Ath Thibiy berkata, “Yaitu kemudian ia melaksanakan shalat setelah matahari meninggi setinggi tombak, sehingga keluarlah waktu terlarang utk shalat. Shalat ini disebut pula shalat Isyroq . Shalat tersebut adlh waktu shalat di awal waktu.”
Keempat : Termasuk shalat awwabin (orang yg kembali taat)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يحافظ على صلاة الضحى إلا أواب، وهي صلاة الأوابين
“ Tidaklah menjaga shalat sunnah Dhuha melainkan awwab (orang yg kembali taat). Inilah shalat awwabin .” (HR. Ibnu Khuzaimah, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib 1: 164). Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Awwab adlh muthii’ (orang yg taat). Ada pula ulama yg mengatakan bahwa maknanya adlh orang yg kembali taat” (Syarh Shahih Muslim, 6: 30).
Semoga Allah memberikan kita hidayah & taufik utk merutinkan shalat yg mulia ini. Wallahu waliyyut taufiq.
Keutamaan Shalat Qabliyah Shubuh
Shalat dua raka’at qabliyah shubuh termasuk shalat sunah yg sangat ditekankan bagi setiap muslim. Pahala kebaikannya begitu besar, melebihi dunia & seisinya. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dua raka’at (qabliyah) shubuh pahalanya lebih baik dari dunia & seisinya.” (HR. Muslim no.1193)
Termasuk waktu yg dilarang utk mengerjakan shalat adlh setelah shalat shubuh sampai terbit matahari, sebagaimana sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,
Dari Abu Sa’id Al-Khudri berkata, “Aku mendengar Rasullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak ada shalat setelah (shalat) shubuh sampai terbit matahari….’.” (HR. Bukhari, no.551)
Menurut pendapat yg lebih kuat, shalat yg dilarang adlh shalat-shalat yg tidak terikat dengan sebabnya (shalat mutlak). Adapun shalat-shalat yg diikat pensyariatannya dengan suatu sebab (jika tidak ada sebabnya tidak disyariatkan), semisal shalat sunah setelah thawaf, shalat gerhana, shalat tahiyatul masjid, & lain sebagainya, maka tidak dilarang walaupun dilakukan pada waktu-waktu terlarang, lantarang shalat-shalat ini terikat dengan sebabnya.
Termasuk yg dibolehkan adlh mengqadha qabliyah shubuh setelah shalat shubuh, walaupun waktu tersebut termasuk waktu dilarang shalat. Hal ini didasari oleh beberapa hal:
Keumuman perintah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam utk mengqadha setiap shalat yg terlewatkan tanpa sengaja. Dalam hadis Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa lupa shalat, atau tertidur, maka hendaklah ia lakukan shalat itu jika ia mengingatnya, tidak ada kaffarah kecuali hal itu, (Allah berfirman), ‘Dan tegakkan sholat utk mengingat-Ku’.”(HR. Bukhari 562 & Muslim 1103)
Kekhususan dalil yg membolehkan hal ini, seperti dalam sebuah hadis:Dari Qais bin Amr berkata, “Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat seseorang shalat dua rakaat setelah (shalat) shubuh, maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Apakah (engkau) shalat shubuh dua kali?’ Orang itu menjawab, ‘Saya belum shalat dua rakaat qabliyah shubuh, lalu aku lakukan (setelah shubuh)’.” Lalu (Qois) berkata, “Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pun diam (tidak melarangnya).” (HR. Abu Dawud no.1267, Tirmidzi no.422, Ibnu majah no.1154, Ahmad no.23811, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Misykat al-Mashobih 1044 & Shahih Abu Dawud 1151)
Hadis di atas menunjukkan bahwa mengqadha qabliyah shubuh setelah shalat shubuh hukumnya boleh karena ada keterangan yg sangat jelas dari diamnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang yg melakukan hal tersebut. Hanya saja, lebih utama jika seseoarng terlewatkan shalat qabliyah shubuh –baik tertidur atau lupa– hendaknya dia mengqadhanya setelah matahari terbit, & ini adlh yg lebih afdhal, sebagaimana sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam:“Barangsiapa belum melaksanakan shalat dua rakaat (qabliyah) shubuh, maka hendaklah dia shalat dua rakaat tersebut setelah terbitnya matahari.” (HR. Tirmidzi no.423, & dishahihkan oleh Al-Abani dalam Silsilah Shahihah no.2361)